Sabtu, 22 Mei 2010

MERAIH MIMPI

Diposting oleh Ayax_Queen (Farah Najat Izzaty) di 00.56 0 komentar
Perjalanan panjang pasti dimulai dengan langkah awal.Semua kejadian, hal, kebiasaan, peristiwa, dan lain-lain, pasti bermula pada langkah awal yang kita perbuat. Dalam menentukan pilihan pun sebenarnya kita telah menentukan langkah awal dalam pilihan yang kita pilih. Karena ketika kita dihadapkan pada dua pilihan atau lebih, pilihan-pilihan itu seakan-akan menunggu anda untuk mengijakkan kaki dimasing-masing pilihan tersebut.
Langkah awal untuk menggapai mimpi adalah keinginan dari dalam diri untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik dan berani melakukan changes management untuk bisa terus beradaptasi dengan adanya perubahan disemua sector diri.
Awal dari langkah mewujudkan mimpi-mimpi itu adalah dengan memiliki sebuah pribadi yang baik. Membuka mata hati demi sebuah cita-cita, melangkah pasti dengan usaha semaksimal mungkin, dan tetapkan satu pilihan untuk satu kemungkinan sebagai satu tujuan kehidupan kita, ingin rasanya memiliki segalanya dan semua anugerah dimana kita bisa melakoni jati diri kita sampai puas, senang bahagia hingga tuntas dan akhirnya kita harus pulang ke kehidupan yang abadi nanti.
Dari hidup yang sekarang ini mari bersama-sama berjalan sedikit demi sedikit walaupun sudah berulang kali terjungkir balik, mari kita menentukan satu titik dan kita lakukan yang terbaik, kita bulatkan tekad dan niat agar bisa melesat sukses, dengan awal membangun pribadi diri kita sebagai dasarnya.
bagaimana kita bisa menemukan pribadi diri kita, jika kita tidak bisa membuat diri sendiri berharga. Bagaimana kita untuk bisa menjadikan diri ini menjadi berharga. Yang pertama kita harus mengenali diri kita sendiri.
 Untuk mengenali diri kita sendiri ada beberapa hal yang bisa diperhatikan:
1. Merenung untuk apa kita dan semua manusi di muka bumi ini diciptakan
2. Mengenali potensi pada diri kita
3. Menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita
4. Berupaya menggunakan hati nurani kita sebagai pelita hidup
5. Mampu melakukan introspeksi disetiap waktu
6. Mampu menempatkan diri baik secara vertical maupun horizontal

 Beberapa hal yang harus dilakukan dalam menggapai mimpi:
a. Memiliki prinsip hidup yang kuat. Dalam hal ini kita harus betul-betul memahami bahwa prinsip hidup itu penting. Dalam memnentukan sebuah prinsip hidup, kita harus memiliki pandangan bahwasanya hidup baru bisa bermakna jika berharga bagi orang lain dan diri kita, dan tidak lupa bahwa tanpa campur tangan tuhan YME kita tidak bisa berbuat apa-apa, juga berusaha mendapatkan rejeki yang halal, tanpa dilupakan kita harus bisa menjadi manusia yang mudah memberi maaf,
b. Memiliki pribadi yang menarik, dimana kita bisa menghargai oang lain dalam hal apapun termasuk pendapat, berpenampilan menarik, mampu menampilkan kesan pertama yang baik itu juga sangat penting, point ini juga sangat penting yaitu tidak terlalu merendahkan diri didepan siapapun dan tetap menjaga sopan santun.
c. Jujur dan mampu menyikapi segala perubahan secara positif. Jujur adalah modal awal untuk meraih mimpi serta pribadi yang sukses, perubahan selalu ada yang positive dan negative dan setiap perubahan itu tidak akan memuaskan semua pihak, kuncinya adalah bagaimana menyikapi segala perubahan tersebut adalah secara positive akan membawa kebahagiaan hidup, dan sebaliknya negative tentu akan membawa sengsara.
d. Berani mengambil resiko, hidup ini penuh dengan resiko kegagalan adalah awal dari kesuksesan, perlu sekali menghilangkan rasa takut terhadap kegagalan itu, hadapi resiko dengan penuh pertimbangan, untuk meminimalkan resiko, dan hendaknya bisa merencanakan kegiatan dengan cermat karena tidak ada kegiatan yang tidak mengandung resiko, maka jika ingin maju, hadapilah resiko, karena orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah berbuat sesuatu atau tidak pernah ambil resiko.
e. Dan yang terakhir adalah menjaga kestabilan semngat kerja. Potensi diri seseorang baru akan bisa di rubah menjadi karya jika disertai semangat yang tinggi untuk menjaga kestabilan tersebut kita harus mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi perasaan kita, menurut saya kekecewaan seseorang adalah factor utama yang bisa menurunkan semangat kerja, dan semangat kerja harus muncul dari dalam diri kita secara continue, niat kerja untuk ibadah, mengelola rasa kecewa, ingin bermanfaat bagi orang lain, dan menyeimbangkan hak dan kewajiban adalah point-point untuk mempertahankan semangat kerja kita.

Dari kepribadian diatas bisa kita terapkan untuk langkah awal menggapai mimpi tersebut, dan juga tidak lupa bahwa sebenarnya banyak cara untuk kita menggapai impian kita. Setelah kita memiliki pribadi yang semangat, selanjutnya kita tinggal melangkah menggapai mimpi kita, janganlah puas atau berbangga hati setelah memiliki segalanya. Kita terus mencari tepuk tangan atas karya keringat kita, karena itu akan membuat kita menjadi sombong.

'KATA MUTIARA'

“The future belongs to those who believe in the beauty of their drem”

Do you have a dreams??
Sudahkah kau bulatkan tekadmu untuk raih mimpi2mu?
Ketika orang bilang,, kamu dapat menggapainya,,
Ketika orang bilang kamu tidak terlahir untuk sukses??
Ketika orang bilang kamu akan gagal,
What is we believe is true??
Apapun yang mereka katakan
Kamu harus yakin akan menemukan jalan yang terbaik,,
I just believe in my self
Aku percaya pada diriku sendiri
Dengan membawa keyakinan dimanapun aq pergi
Sukses adalah perjuangan, bukan sekedar tujuan,
Sukses bukan hanya harapan, tapi bagaimana kita dapat mewujudkan harapan itu.
Dan hanya kamu sendiri yang bisa
Dengan segala ketekunan dan tekad yang kamu miliki
Hanya kamu
Sebuah perjalanan beribu-ribu mil, pasti dimulai dengan satu langkah
Jika terkadang ditemui oleh dua pilihan
Hanya kamu sendiri yang bisa menentukan

Kini mulailah satu langkah kah itu dengan rasa percaya diri.
Janganlah kamu berpikir bagaimana kamu mendengar,
Tapi bagaimana kamu mengerti.
Bagaimana kamu melihat,
tapi bagaimana kamu berpikir.
Bukan bagaimana kamu melepaskan,
tapi bagaimana kamu menunggu.
Dan bukan bagaimana kamu berhasil,
tapi bagaimana langkah kamu untuk meraih keberhasilan itu.
Yakinlah bahwa jalan panjang itu mampu kamu tempuh.
Dengan semua tekad dan rasa percaya dirimu,
hidup penuh pengorbanan,pengorbanan perlukan perjuangan, perjuangan perlukan ketabahan, ketabahan perlukan keyakinan, keyakinan pula menetukan kejayaan, kejayaan pula menentukan kebahagiaan.
Trust,,
I love my life,, beyond happiness and sadness.

Kamis, 20 Mei 2010

PERILAKU DIFABEL / DISABILITY

Diposting oleh Ayax_Queen (Farah Najat Izzaty) di 00.46 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

ψ Latar Belakang
Difabel (Different Ability) adalah seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya. Perilaku merupakan manifesasi dari gejala-gejala kejiwaan yang ada. Jadi perilaku difabel merupakan perilaku seseorang, yang mana seseorang tersebut memiliki ketidak mampuan / kecacatan fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
Ada sebagian orang yang menjadi difabel sejak lahir namun ada juga yang menjadi difabel karena mengalami suatu peristiwa. Akhir-akhir ini kita sering mendengar peristiwa kekerasan yang ditujukan atau tanpa sengaja mengenai seseorang. Sebagai contoh adalah peristiwa : tawuran, pemboman dan konflik bersenjata. Namun adapula peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba / tanpa perencanaan seperti kecelakaan dan bencana alam. Peristiwa- peristiwa inilah yang kemudian disebut bencana dan dapat menyebabkan seseorang yang mengalaminya menjadi difabel.
Oleh sebab itu dalam Analisis ini dengan kajian psikologis, akan dibahas tentang hal-hal tersebut, dengan pengertian, berikut dengan analisis identifikasi kasus, maupun dengan jenis-jenis dan penyebab / faktornya, yang diharapkan pula dari sini dapat digali berbagai alternatif yang dimungkinkan untuk lebih menghargai,menyama ratakan orang-orang diffabel.
ψ Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan kali ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
• Pengertian diffabel / disability
• Bentuk-bentuk diffabel
• Bentuk dukungan terhadap diffabel
ψ Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka diperoleh tujuan sebagai berikut:
• Memahami pengertian diffabel
• Mengetahui bentuk-bentuk diffabel
• Mengetahui dukungan apa saja yang dapat dilkukan terhadap penderita diffabel.


BAB II
PEMBAHASAN

ψ Pengertian
Penggunaan istilah untuk “kecacatan” memiliki transisi perubahan yang cukup signifikan sesuai dengan persepsi dan penerimaan masyarakat secara luas. Di dunia internasional, istilah disability mengalami perubahan, antara lain: cripple, handicapped, impairement, yang kemudian lebih sering digunakan istilah people with disability atau disabled people. People with disability kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi penyandang cacat yang pada awalnya menggunakan istilah penderita cacat.
Istilah penderita cacat sangat berkesan diskriminatif karena memandang seseorang memiliki salah satu jenis penyakit atau lebih yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Perubahan penggunaan istilah penderita cacat menjadi penyandang cacat mulai dikenalkan pada penetapan UU no. 4 th. 1997, yang menempatkan posisi penyandang cacat dengan cenderung menghaluskan istilah tersebut. Istilah ini pada dasarnya masih digunakan secara luas di berbagai publikasi ataupun media massa, tetapi berbagai aktivis sosial berpendapat bahwa penggunaan istilah ini memiliki arti sempit yang masih tetap menempatkan seseorang dalam posisi yang tidak ‘normal’ dan tidak mampu karena kondisi kecacatan yang dimilikinya. Hingga akhirnya pada tahun 1997, penggunaan istilah difabel mulai dikenalkan kepada masyarakat secara luas.
Istilah difabel pertama kali dicetuskan oleh beberapa aktivis di Yogyakarta yang salah satunya adalah almarhum Dr. Mansour Fakih pada awal tahun 1997 (Ambulangsih, 2007; Priyadi 2006, Annisa 2005). Tetapi menurut Dr. Ikaputra (praktisi dan dosen Arsitektur UGM), istilah difabel muncul pertama kali di Inggris, namun sayangnya penulis belum dapat menemukan sumber-sumber yang dapat memperkuat statement tersebut. Penggunaan kata difabel adalah pegindonesiaan dari “diffabled people” yang merupakan kependekan dari Different Ability People (seseorang dengan kemampuan berbeda). Istilah ini merupakan salah satu upaya untuk merekontruksi pandangan, pemahaman, dan persepsi masyarakat umum pada nilai-nilai sebelumnya yang memandang seorang difabel adalah seseorang yang tidak normal, memiliki kecacatan sebagai sebuah kekurangan dan ketidakmampuan. Pemakaian kata difabel dapat dimaksudkan sebagai kata eufemisme, yaitu penggunaan kata yang memperhalus kata atau istilah yang digunakan sebelumnya. Tetapi secara luas Istilah difabel digunakan sebagai salah satu usaha untuk merubah persepsi dan pemahaman masyarakat bahwa setiap manusia diciptakan berbeda dan seorang difabel hanyalah sebagai seseorang yang memiliki perbedaan kondisi fisik dan dia mampu melakukan segala aktivitas dengan cara dan pencapaian yang berbeda. Pemakaian istilah difabel memiliki nilai lebih humanis dan sebagai suatu usaha untuk menghilangkan kekuatan ruang yang memiliki hubungan tidak adil/diskriminasi serta mendorong eksistensi dan peran difabel dalam lingkungan mereka.
ψ Evolusi Paradigma Difabel
1. Moral Model
Moral model dipercaya merupakan cara pandang paling lama yang digunakan oleh masyarakat dalam memandang difabel. Cara pandang ini dapat dikatakan sebagai representasi dari kepercayaan bahwa difabilitas (kecacatan) merupakan hukuman atau dosa akibat dari perbuatan yang menyalahi norma masyarakat atau norma agama yang berlaku yang dilakukan seseorang ataupun keluarga. Moral Model ini sangat erat kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang di masyarakat dan disebarluaskan oleh para pemimpin kepercayaan ( agama) melalui dogma yang disampaikan. Prilaku yang umum dilakukan terhadap difabel pada Moral Model ini adalah isolasi, pengucilan, dibunuh, dan pembuangan.
2. Medical Model
Medical Model memandang difabel sebagai orang yang sakit. Model ini mendefinisikan difabel sebagai sebuah kelemahan fisik dan mental yang berakibat pada ketidakmampuan atau keterbatasan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dan yang membuat definisi ini adalah mereka yang tidak mengalami kondisi sebagai difabel. Pada model ini dokter, perawat kesehatan, dan ahli terapi fisik adalah kelompok yang memiliki kekuasaan dalam menentukan keputusan dan kebijakan atas kehidupan para difabel. Penyembuhan dan adaptasi terhadap kerusakan fisik melalui perlakuan medik, rehabilitasi, pendidikan khusus (luar biasa), konseling dan terapi fisik diyakini sebagai cara untuk mengatasi permasalahan difabel.

3. Civil Rights Model
Civil Rights Model memandang bahwa difabel sebagai individu yang memiliki hak yang setara sebagaimana warga masyarakat lain untuk memilih cara hidupnya yang mandiri dan kebebasan untuk menentukan keputusan terhadap arah hidup dan segala aspek penting yang berhubungan dengan kehidupannya. Diharapkan kesemua ini mampu mendorong terwujudnya integrasi difabel dengan masyarakat. Civil Rights Model memandang bahwa difabel sebagai persoalan masyarakat sehingga cara penyelesaiannya banyak berbentuk advokasi sistem hukum dan sistem sosial. Aktor utama dalam paradigma ini adalah para ahli hukum, aktivis gerakan difabel, dan community organiser. Dalam paradigma ini masalah dasar dari difabel adalah diskriminasi, prejudice (prasangka), pengucilan, dan pengingkaran terhadap hak dasarnya. Kita dapat melihat dengan jelas adanya perbedaan perlakuan baik di masyarakat maupun di tingkat struktur pemerintah bahwa pelayanan terhadap difabel selalu lebih rendah dari masyarakat lain sehingga mengakibatkan rendahnya akses pendidikan, ekonomi, dan kesehatan bagi para difabel. Guna mengatasi persoalan ini dalam paradigma ini dikembangkan beberapa bentuk aktivitas antara lain; sistem advokasi, legislasi terhadap hak sipil dan beberapa aktivitas politik yang diharapkan dapat meningkatkan akses ekonomi, sosial, pendidikan, layanan kesehatan, hak kerja, dan akses sumberdaya lingkungan.
4. Post Modern atau Social Model
Post Modern Model melihat difabel sebagai persoalan sosial yang menyangkut masalah sistem ekonomi, kebijakan, dan prioritasisasi terhadap distribusi sumberdaya, soal kemiskinan, pengangguran, dan cara pelayanan secara medik yang sudah dilakukan oleh masyarakat sejak lama terhadap difabel. Masalah dasar yang dihadapi oleh difabel pada paradigma ini adalah rendahnya pengakuan atau penerimaan masyarakat terhadap keberadan difabel sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat. Indikator dari masalah ini adalah tidak meratanya distribusi atau akses teknologi, asistensi terhadap difabel yang masih menggunakan paradigma medik, tidak adanya pencitraan yang baik dalam media masa, dan penempatan difabel dalam pusat rehabilitasi. Solusi yang ditawarkan dalam menyelesaikan persoalan ini adalah memandang difabel lebih sebagai persoalan social.
5. Paradigma Lama dan Baru
Meskipun paradigma Post Modern atau Social Model ini masih tergolong relatif baru, namun model ini telah menciptakan cara pendekatan baru masyarakat terhadap komunitas difabel. Kondisi ini juga telah mendorong masyarakat menciptakan cara pemahaman baru terhadap eksistensi kaum difabel. Masyarakat melihat bahwa persoalan difabel adalah produk interaksi antara karakteristik individu difabel sendiri (kondisi fisik maupun mental, status difabel itu sendiri, kondisi personal, status sosial ekonomi, dll) dengan karakteristik alam, masyarakat, budaya, dan lingkungan sosial. Sehingga paradigma ini lebih menekankan pada bagaimana pola interaksi masyarakat dan difabel, karena dalam Post Modern atau Sosial Model memandang persoalan difabel secara utuh dan menyeluruh.


BAB III
ANALISIS KASUS

Difabel (Different Ability) adalah merupakan seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya, atau seseorang dengan kemampuan yang berbeda. Sebagai contoh, dalam video/kasuS (psico movie) ini dikisah, tentang john seorang difabel dengan tidak mempunyai kedua tangan dan lengan, akan tetapi tetap dapat melakukan seperti yang orang normal lakukan. john merasa, seorang difabel tidak harus berputus asa dengan keadaan yang dialaminya, karena john merasa bahwa, pada setiap orang merupakan difabel, kenapa?. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kemampuan dan kelebihan yang berbeda-beda. Hanya saja pada kasus kali ini john sebagai contoh seorang diffabel yang tidak mempunyai kedua tangan.
Disini, Sering kali john merasa kesulitan untuk melakukan pekerjaan yang diharapkan bisa dilakukannya, akan tetapi akhirnya, john pun dapat melaluinya, seperti; mengambil sesuatu diatas rak, atau berbelanja di tempat umum, akan tetapi john akan merasa canggung ketika ada yang memperhatikan caranya dalam mengambil sesuatu. johnpun langsung kesal karena tantangan hidup sendiri, dan jauh dari kedua orang tua bukan semata-mata hanya bersifat misi. Bukannya john tidak ingin dianggap cacat ataupun semacamnya, akan tetapi untuk menyadari bahwa mereka tak ada. johnpun tidak takut untuk melakukan hal-hal yang mengenai fisik (seperti; berolahraga/fitness). terkadang john berpikir, john telah kehilangan “apa sebenarnya dirinya selama ini”, dalam aspek lain hidup john, john merasa bahwa kita semua butuh keseimbangan. Saat ini, karir john sangat memuaskan, tetapi ketidak seimbangan dalam hidup john adalah tidak adanya aspek keluarga didalam hidupnya atau bahkan aspek sosialnya. John mengatakan bahwa “sangat memaksa untuk mengenal dirimu sendiri, karena kau tak bisa menghindar dari dirimu sendiri”. Menurut john, “kau bisa cuma menonton tv berlama-lama, atau melakukan banyak hal, tapi kau harus pulang kerumah dan melakukan hal alamiah”. John merasa bahwa harus melakukan kontak mengetahui siapa john sebenarnya, apakah john sebagai anggota keluarga dirumah, ataukah john sebagai anggota masyarakat. john berusaha mencari tahu siapa sebenarnya dirinya, dia berusaha mencari tau jati dirinya sebenarnya. Tumbuh dengan jauh dari keluarga dan komunitas yang berbeda, memberi john untuk ketepatan berusaha. Himpunan dari seluruh keragu-raguannya, tetap berhubungan dengan rutinitasnya, dan keluarganya sangat sulit. Ia selalu pilih prioritas yang utama. John berkata; “sangat berbeda hidup sendirian disini, karena kita bertemu dengan banyak orang dan saat ketika aku kembali kerumah, aku merasakan mendapat kemampuan yang luar biasa, karena keadaan sangat berubah, bukan Cuma penerimaan saja, tapi hal lain yang sangat penting yang kurasakan ”. Keluarga membuat john mampu memandang sesuatu, itu mengingatkan kita dengan hal terpenting dalam hidup, sehingga dia mampu berbagi pesan dengan orang lain, mungkin yang terbaik dari semuanya, itu mampu membantu john terus bertahan. John berkata, “ketika harus tumbuh bersama tujuh saudara, kita harus berlomba meminta bagian, atau yang terlambat tak akan dapat. Kau tak akan tau hidup milikmu atau bukan, mereka juga bisa menyenangkan suasana. Mereka (keluarga john) juga tidak membatasi bahwa aku tidak mempunyai lengan, itu hanyalah john. Ada beberapa aspek yang selalu john usahakan dalam hidupnya, salah satunya adalah ungkapan rasa syukur, membantu orang lain, memfokuskan diri mereka dari apa yang mereka miliki dan yang tidak mereka miliki.


BAB IV
KESIMPULAN

Dalam kasus ini, john merupakan penderita diffabel (different ability) atau ketidak mampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. John dikatakan diffabel dikarenakan tidak mempunyai kedua lengan. Akan tetapi dengan kekurangan tersebut, john berusaha berdiri sendiri tanpa harus berputus asa. Dia tidak tinggal bersama keluarganya, karena dia ingin lebih memahami arti hidup dan ingin mencari jati dirinya. Dia tidak ingin selalu bergantung pada orang lain, dan dia ingin dia lebih bisa dihargai oleh orang lain dan mengahargai orang lain. Dia juga ingin mengenali diri sendiri, dan kembali bertangung jawab atau mengambil alih kontrol terhadap diri sendiri, dan mendefinisikan kembali tujuan dan cita – cita hidup, mempelajari hal–hal baru yang bisa meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri, membagi pengetahuan kepada orang lain, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi beban diri dan memberikan pembelajaran kepada orang lain.
John, sebagai disability ini sangat membutuhkan dukungan eksternal maupun internal, baik dari keluarga maupun lingkungan. Diantaranya adalah:
ψ Bentuk dukungan yang dapat diberikan keluarga atau orang terdekat
a. Mempelajari & memahami keadaan serta perasaan penderita difabel
b. Memberikan ruang padanya untuk memilih cara yang terbaik untuk pulih.
c. Memperlakukan penderita diffabel secara wajar / tidak memberikan perhatian yang berlebih – lebihan yang dapat membuat penyintas merasa tidak nyaman.
d. Melibatkan penyintas pada kegiatan sehari – hari.
e. Menghargai usaha – usahanya
ψ Bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh masyarakat dan pemerintah
a. Menerima kehadiran penyintas dalam lingkungan sosial.
b. Memahami bahwa penyintas bukanlah orang yang tidak berdaya. Penyintas perlu Mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka.
c. Memfasilitasi kebutuhan – kebutuhan penyintas dalam ruang gerak sosial dan pekerjaan.
d. Melibatkan penyintas dalam kegiatan – kegiatan kemasyarakatan sehingga mereka juga merasa terlibat, merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
ψ Peran psikolog / konselor dalam membantu penderita diffabel
Tidak jarang selain perubahan fisik terdapat pula perubahan yang sifatnya psikologis yang juga memerlukan penanganan. Namun ada kalanya baik penderita maupun keluarga tidak memperhatikan / menyadari faktor ini, mereka jadi menarik diri dari lingkungan, karena merasa berbeda dan khawatir akan tanggapan orang lain. Tidak adanya penanganan dari sisi psikologis dapat berakibat pada menurunnya kesehatan psikologis seseorang.
Di sinilah biasanya seorang psikolog / konselor berperan yaitu dengan memberikan dorongan / intervensi kepada penderita agar dapat kembali kepada fungsi sosialnya dan menerima keadaan dirinya yang baru. Psikolog dan konselor juga dapat memberikan psikoedukasi atau dukungan pada keluarga mengenai cara – cara mendampingi pasien.

“PERILAKU MENYIMPANG / KENAKALAN PADA REMAJA”

Diposting oleh Ayax_Queen (Farah Najat Izzaty) di 00.07 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin teologis, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhirat, surga, neraka, takdir,dll. lbadat adalah cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya.
Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi berbagai dimensi. Pengalaman agama adalah perasaan yang dialami oleh orang beragama, seperti rasa tenang, tenteram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal, bertobat, dll
Sikap keagamaan merupakan perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama, dan agama menyangkut persoalan bathin seseorang, karenanya persoalan sikap keagamaan pun tak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya.
Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara unsure kognisi (pengetahuan), afeksi (penghayatan) dan konasi (perilaku) terhadap agama pada diri seseorang, karenanya ia berhubungan erat dengan gejala jiwa pada seseorang.
Sikap keagamaan sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan berupa fithrah beragama; dimana manusia punya naluri untuk hidup beragama, dan faktor luar diri individu, berupa bimbingan dan pengembangan hidup beragama dari lingkungannya. Kedua factor tersebut berefek pada lahirnya pengaruh psikologis pada manusia berupa rasa takut, rasa ketergantungan, rasa bersalah, dan sebagainya yang menyebabkan lahirnya keyakinan pada manusia. Selanjutnya dari keyakinan tersebut, lahirlah pola tingkah laku untuk taat pada norma dan pranata keagamaan dan bahkan menciptakan norma dan pranata keagamaan tertentu.
Masa remaja adalah masa peralihan, masa yang penuh kegoncangan, masa yang berada dalam pengalihan, dimana pada masa ini sangatlah sulit untuk mengambil keputusan, dan sulit untuk memilah-milih hal yang baik atau yang buruk pada dirinya sendiri, karena pada masa ini sangatlah penuh kebimbangan antara mendengarkan orang lain atau menuruti kemauannya sendiri. Oleh karena itu, seringlah pada masa remaja ini terdapat salah mengambil keputusan, yang akhirnya terjerumus pada perilaku-perilaku yang menyimpang.
Sedangkan dalam kehidupan, sering ditemui perilaku/ sikap keagamaan yang menyimpang, umumnya pada masa remaja atau masa pematangan, seperti: Remaja dan Narkoba, Perkelahian Pelajar, Perilaku Seksual di luar Nikah. Maka dalam makalah ini dengan kajian psikologis, akan dibahas tentang hal tersebut, dengan landasan teori, berikut dengan jenis-jenis dan penyebab / faktornya, yang diharapkan pula dari sini dapat digali berbagai alternatif yang dimungkinkan untuk menghindari penyimpangan tingkah laku keagamaan tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pengertian serta landasan teori psikologis mengenai perilaku menyimpang keagamaan pada remaja.
2. Jenis dan faktor perilaku menyimpang keagamaan pada remaja.
3. Alternative untuk menghindari perilaku menyimpang keagamaan pada remaja.

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka diperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Memahami pengertian serta landasan teori penyimpangan perilaku keagamaan secara psikologis pada remaja.
2. Mengetahui beberapa jenis dan factor terjadinya perilaku menyimpang/ kenakalan remaja.
3. Mengetahui alternative untuk menghindari perilaku menyimpang keagamaan pada remaja.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Menyimpang
 Beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut beberapa tokoh :
ψ James Vander Zander
Merupakan perilaku yg dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
ψ Paul B.Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
ψ Bruce J.Cohen
Merupakan setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Penyimpangan sikap keagamaan, ditentukan oleh terjadinya penyimpangan pada tingkat fikir seseorang ( tingkat fikir materialistik dan tingkat fikir transendental relegius ), sehingga akan mendatangkan kepercayaan/ keyakinan baru kepada yang bersangkutan (baik indivual maupun kelompok). Jika keyakinan itu bertentangan atau tidak sejalan dengan keyakinan ajaran agama tertentu, maka akan terjadi sikap keagamaan yang menyimpang.


• Tugas-tugas perkembangan remaja
Penyimpangan perilaku keagamaan kebanyakan terjadi pada remaja, karena masa remaja merupakan masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa dalam peralihan yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.
Oleh karena itu, dalam rangka pembimbingan dan penyuluhan pada remaja, Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan yang harus diketahui oleh remaja, yaitu:
1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis ataupun dengan jenis kelamin lain. Agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan-tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut kelamin masing-masing. Artinya mempelajari dan menerima perenan masing-masing sesuai dengan ketantuan-ketentuan/ norma-norma masyarakat.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakan seefektif-efektifnya dengan perasaan puas.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain.
5. Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. ini terutama sangat penting bagi anak laki-laki. Akn tetapi, dewasaini kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya belajar memilih satu pekerjaan sesuai dengan dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap yang positiv terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga (home management) dan mendidik anak.
8. Mengembangkan kecakapan intellektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.
10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup. Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nilai pribadi yang lain.
Dari sepuluh tugas perkembangan ini, dapatlah terlihat hubungan yang cukup erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus diselesaikan si remaja dalam hidup. Hal ini merupakan fondasi supaya mereka dapat hidup dalam masyarakat.
 Landasan Teori psikologi tentang penyimpangan perilaku pada remaja
Teori psikologis bertumpang tindih dengan teori biologis. Teori ini berpendapat bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang karena perilaku menyimpang seringkali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental. Selanjutnya perilaku menyimpang seringkali dikaitkan dengan penyakit mental. Namun demikian teori psikologis tidak dapat memberikan banyak bantuan untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang.
ψ Menurut Sigmund freud
Teori freud,merupakan ilmuwan yg terkenal di bidang ini.Sigmund freud membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting,yaitu:
• ID, bagian diri yg bersifat tidak sadar,naluriah dan impulsif (mudah terpengaruh oleh gerak hati).
• EGO, bagian diri yg bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu kepribadian).
• SUPER EGO ,bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi sebagai suara hati.
Menurut FREUD, perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan (tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak berhasil memberikan perimbangan. Jika seseorang yang sadar sedang lapar dan membutuhkan makanan, maka id-nya akan memerintahkan agar kebutuhan ini segera di penuhi dengan menggunakan cara-cara apapun. Kalau ternyata “superego-nya” benar-benar lemah dan tidak dapat mengendalikan id-nya, orang tersebut mungkin akan memasuki sebuah restotan atau rumah makan dan merampas makanan di atas meja. Dalam kasus ini, ego tidak memperingatkan bahaya yang mungkin terjadi. Superego juga tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Superego tidak memberi isyarat bahwa perbuatan ini adalah jenis perilaku yang tidak bisa di terima.
ψ Menurut W. Starbuck
W. Starbuck mengambil sampel terhadap mahasiswa middle burg collage, yang tesimpul bahwa: remaja usia 11 – 26 tahun terdapat: 53% dari 142 mahasiswa yang mengalami konflik dan keraguan tentang ajaran agama yang mereka terima, cara penerapan, keadaan lembaga keagamaan dan para pemuka agama. Hal yang serupa ketika diteliti terhadap 95 mahasiswa maka 75% diantaranya mengalami seperti itu.
Dari analisa hasil penelitiannya, W. Starbuck menemukan penyebab timbulnya keraguan itu antara lain:
1. Kepribadian yang menyangkut salah tafsir dan kelmain.
a. Bagi seseorang yang memeliki kepribadian introvert, makakegagalan dalm mendapatkan pertolongan tuhan akan menyababkansalah tafsir akan sifat tuhan yang maha pengasih dan penyayang.
b. Perbedaan kelamin dan kematangan merupakan pula factor yang menentukan dalam keraguan agama. Wanita yang lebih cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat menunjukkan keraguan dari pada remaja pria, tetapi sebaliknya dalam kualitas dan kuantitas keraguan remaja putri lebih rendah jumlahnya. Disamping itu keraguan wanita lebih bersifat alami sedangkan pria bersifat intellek.
2. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama.
3. Pernyataan kebutuhan manusia. Adanya perbedaan-perbedaan yang kurang sejalan dengan apa yang dimlikinya, maka akan timbul keraguan.
4. Kebiasaan. Keraguan yang ditimbulkan dikarenakan melihat perbedaan agama lain.
5. Pendidikan. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka akan membawa pengaruh sikapnya terhadap ajaran agama yang dimilkinya.
6. Pencampur adukan antara agama dan mistik. Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara unsure agama dengan mistik. Sejalan dengan perkembangan masyarakat kadang-kadang secara tak disadari tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh praktek kebatinan dan mistik. Penyatuan unsure ini merupakan suatu dilemma yang kabur bagi para remaja.
Dengan adanya keraguan ini maka akan menjurus ke arah konflik dalam diri para remaja sehingga mereka dihadapkan kepada masalah pemilihan antara baik dan yang buruk dan antara yang benar dan yang salah.
Beberapa macam konflik diantaranya adalah
a. Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
b. Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
c. Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau skularisme.
d. Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk ilahi.
2.2 Jenis-jenis bentuk dan penyebab terjadinya penyimpangan perilaku keagamaan
 Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang
1. Penyimpangan Sosial Primer
Merupakan penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Misalnya pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas, meminum minuman keras di suatu pesta.
2. Penyimpangan Sosial Sekunder
Merupakan penyimpangan sosial yang terjadi secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan kepadanya, sehingga pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berprilaku menyimpang. Misalnya seorang mahasiswa yang terus-meners mencontek ketika UTS maupun UAS.
3. Penyimpangan Individu
Penyimpangan dilakukan sendiri tanpa campur tangan orang lain.
4. Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu.
Contoh:
^ Kelompok atau gang kejahatan yang terorganisir melakukan penyelundupan dan perampokan.
^ Kelompok pengacau keamanan dengan tujuan-tujuan tertentu (teroris).
^ Kelompok yang ingin memisahkan diri dari suatu negara (separatis).
 Bentuk-bentuk Perilaku Penyimpangan
ψ Remaja dan Narkoba
Kelompok remaja adalah kelompok masyarakat yang sangat peka terhadap bahaya penyalah gunaan narkoba. Alasannya karena pada usia ini remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan cenderung akan mencoba menggunakan. Alasan dan dampak negatif, berdasarkan pengamatan ada beberapa alasan orang menggunakan obat-obatan tersebut, yaitu mengurangi atau menghilangkan rasa takut, menghilangkan rasa malu, ingin melupakan kesulitan hidup sehari-hari, dan ada pula kelompok orang yang hanya sekedar ikut-ikutan. Penyimpangan narkoba dapat memicu tindakan menyimpang lainnya, seperti mencuri, membunuh, perbuatan asusila, dan yang terpenting adalah hilangnya kesempatan untuk mengisi hidupnya dengan aktivitas yang bermanfaat.
ψ Perkelahian Pelajar
Pada umumnya tawuran di awali oleh konflik yang terjadi antara siswa di dalam satu sekolah atau siswa antar sekolah. Karena perasaan solidaritas antar siswa di dalam sekolah masing-masing, perkelahian akan meluas dan menghasilkan konflik antar siswa dari sekolah yang berlainan. Tawuran mendatangkan bentuk penyimpangan dan bahkan pembunuhan yang sadis.
ψ Perilaku Seksual di luar Nikah
Naluri seksual yang tidak terkendali atau dilakukan tanpa aturan akan mendatangkan kekacauan di masyarakat, antara lain adalah terjangkitnya penyakit kelamin, perkelahian, dan kesulitan menentukan orang tua biologis dari anak-anak yang dilahirkan. Selain itu, terjadi pula ancaman yang serius terhadap bayi-bayi yang dilahirkan sehingga berdampak pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM), seperti aborsi dan pembunuhkan bayi-bayi yang lahir dari hubungan yang bebas tersebut.
ψ Norma hubungan Seksual
Hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap norma. Pada setiap keabsahan hubungan seksual di buat melalui pernikahan.
ψ Remaja perlu waspada
Di kalangan remaja yang kurang mandapatkan moral dan agama yang kuat , kurangnya pemberian kasih sayang yang seutuhnya dari kedua orang tua, serta tidak mempertimbangkan akibat-akibat negatif penyimpangan seksual akan mendatangkan bencana bagi dirinya. Bila terjadi perilaku seksual di luar nikah, berbagai penyakit mulai menyebar, seperti penyakit kelamin dan AIDS.
Jadi banyak sekali contoh-contoh dari perilaku menyimpang di kehidupan sekitar. Kita sebagai manusia yang memiliki akal harus bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak. Perlu pembekalan mental yang kuat bagi individu terutama para remaja agar tidak terjerumus dalam penyimpangan tersebut. Dengan mental yg kuat individu tidak akan mudah terjerumus dalam penyimpangan tersebut.
 Penyebab / faktor Terjadinya Penyimpangan Sikap Keagamaan
Perubahan sikap keagamaan adalah awal proses terjadinya penyimpangan sikap keagamaan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Perubahan sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka sikap dapat diubah walaupun sulit. Karenanya perubahan sikap dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1) Adanya kemampuan lingkungan merekayasa obyek, sehingga menarik perhatian, memberi pengertian dan akhirnya dapat diterima dan dijadikan sebagai sebuah sikap baru.
2) Terjadinya konversi agama, yakni apabila seseorang menyadari apa yang dilakukannya sebelumnya adalah keliru, maka ia tentu akan mempertimbangkan untuk tetap konsisten dengan sikapnya yang ia sadari keliru. Dan ini memungkinkan seseorang untuk bersikap yang menyimpang dari sikap keagamaan sebelumnya yang ia yakini sebagai suatu kekeliruan tadi.
3) Penyimpangan sikap keagamaan dapat juga disebabkan karena pengaruh status sosial, dimana mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah penyimpangan dari nilai dan norma sebelumnya, karena melihat kemungkinan perbaikan pada status sosialnya.
4) Penyimpangan sikap keagamaan dari sebelumnya, yaitu jika terlihat sikap yang menyimpang dilakukan seseorang (utamanya mereka yang punya pengaruh besar), ternyata dirasakan punya pengaruh sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan masyarakat, maka akan dimungkinkan terjadinya integritas sosial untuk menampilkan sikap yang sama, walaupun disadari itu merupakan sikap yang menyimpang dari sikap sebelumnya.
2.3 Beberapa solusi Alternative untuk menghindari perilaku menyimpang keagamaan
Untuk mengatasi berbagai masalah ini, berbagai usaha harus dilakukan antara lain:
1. Perlu mengadakan saringan atau seleksi terhadap kebudayaan asing yang masuk, agar unsure-unsur yang negative dapat dihindari.
2. Agar pendidikan agama baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, di intensifikan supya kehidupan beragama dapat terjamin dan selanjutnya nilai-nilai moral yang baik dapat menjadi bagian dari pribadi bangsa kita. Nilai-nilai moral yang pasti yang terdapat dalam ajaran agama akan memebantu setiap pribadi untuk mendapatkan ketenangan jiwa, sehingga kegairahan untuk membangun itu ada.
3. Agar diadakan pendidkan khusus untuk orang dewasa dlama bidang kesehatan jiwa. Supaya mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam mengahadaoi kegoncangan jiwa, atau untuk menghindari terjadinya kegoncangan jiwa serta terciptanya ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya sehari-hari dirumah dan dalam masyarakat.
4. Perlu adanya biro-biro konsultasi untuk membantu orang-orang yang memerlukannya, baik untuk anak da remaja, maupun orang dewasa.
5. Dalam kegiatan pembinaan ini sebaiknya pemerintah dengan wewenang yang ada padanya mengambil tindakan dan langkah-langkah yang tegas dengan mengikuti sertakan semua lembaga, para ulama dan pemimpin masyarakat.

Selian itu altenatif yang juga dapat menghindari terjadinya perilaku menyimpang apabila:
1. sikap keagamaan akan tidak mengalami distorsi, manakala norma/nilai yang melandasi keyakinan yang melahirkan sikap itu mampu menjawab berbagai hal yang menyebabkan terjadinya perubahan/ pergeseran sikap penyimpangan perilaku..
2. Suatu sikap akan tidak bergeser, walau adanya lingkungan merekayasa obyek, untuk menarik perhatian, kalau norma/ nilai yang mendasari keyakinan untuk lahirnya sebuah sikap keagamaan, dapat menampilkan daya tarik lebih besar dari apa yang ditampilkan oleh lingkungan.
3. Kemampuan penyampaian informasi dan komunikator nilai/ norma agama untuk meyakinkan kebenaran agama, dengan dapatnya teruji pada kehidupan, akan menghindarkan terjadinya proses konversi agama pada seseorang.
4. Pentingnya memperhatikan masalah status social dalam kehidupan beragama , adalah hal yang mutlak dilakukan, jika tidak diinginkan adanya mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah penyimpangan dari nilai dan norma sebelumnya, karena melihat kemungkinan perbaikan pada status sosialnya.
Hal ini juga telah disampaikan Rasul SAW., bahwa ‘kefakiran dekat dengan kekufuran’ (al Hadits). Dan kekufuran berarti penyimpangan dari sikap sebelumnya. Karenanyanya, juga kehidupan keagamaan juga harus mengedepankan kemaslahatan kehidupan masyarakat.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Analisis Tentang Tema
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mereka mau menerima tanpa pengertian, menjadi menerima dengan penganalisaan. Pengertian remaja tentang pokok-pokok keyakinan dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan pikirannya pada umur remaja. Agama remaja adalah hubungan antara dia, tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lalu dan yang sedang dialami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan lingkungannya. Sedangkan gambarannya tentang tuhan dan sifat-sifatNya, dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri.
Sedangkan sikap keagamaan sangat erat hubungannya dengan keyakinan/ kepercayaan. Dan keyakinan merupakan hal yang abstrak dan susah dibuktikan secara empirik, karenanya pengaruh yang ditimbulkannya pun lebih bersifat pengaruh psikologis. Keyakinan itu sendiri merupakan suatu tingkat fikir yang dalam proses berfikir manusia telah menggunakan kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai penyempurna proses dan pencapaian kebenaran dan kenyataan yang terdapat di luar jangkauan fikir manusia. Karenanya penyimpangan sikap keagamaan cenderung di dasarkan pada motif yang bersifat emosional yang lebih kuat dan menonjol ketimbang aspek rasional.
Penyimpangan sikap keagamaan, ditentukan oleh terjadinya penyimpangan pada tingkat fikir seseorang ( tingkat fikir materialistik dan tingkat fikir transendental relegius ), sehingga akan mendatangkan kepercayaan/ keyakinan baru kepada yang bersangkutan (baik indivual maupun kelompok). Jika keyakinan itu bertentangan atau tidak sejalan dengan keyakinan ajaran agama tertentu, maka akan terjadi sikap keagamaan yang menyimpang.
Perilaku menyimpang yang dialami oleh remaja karena adanya penyimpangan pada pemikiran, penalaran dan pemahamannya terhadap norma-norma keagamaan yang diterimanya, oleh karena itu perlu diadakan pengarahan bagi para remaja agar pemikiran dan pemahaman yang dimilikinya agar tidak menyimpang dari norma-norma keagamaan.

3.2 Temuan Hasil Analisis
ψ Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa :
1. Penyimpangan sikap keagamaan pada remaja, ditentukan oleh terjadinya penyimpangan pada tingkat fikir seseorang , sehingga akan mendatangkan kepercayaan/ keyakinan baru kepada yang bersangkutan (baik indivual maupun kelompok).
2. Diantara penyebab terjadinya penyimpangan sikap keagamaan, antara lain :
a. Adanya kemampuan lingkungan menarik perhatian
b. Terjadinya konversi agama
c. Karena pengaruh status social
d. Hal-hal yang dinilai sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan masyarakat
ψ Untuk menghindari terjadinya penyimpangan sikap keagamaan, ada beberapa solusi alternatif, antara lain :
a. Menyajikan agama dengan performa yang senantiasa menarik.
b. Menyajikan agama dalam bentuk sesuatu kebenaran yang tidak pernah bergeser dan senantiasa teruji dan dapat diuji.
c. Mengupayakan pengangkatan status social pengikut suatu agama.
d. Menampilkan nilai/ norma agama dengan mengedepankan apa yang dinilai sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan masyarakat.

3.3 Rekomendasi / Saran
Masalah perilaku menyimpang maupun kenakalan remaja merupakan sebagian masalah-masalah social yang dihadapi masyarakat dan sudah lama menjadi bahan pemikiran.
Maka penanggulangan masalah perilaku menyimpang maupun kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditunjukan kearah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan menjadi orang dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani, rohani, kuat iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
Dari sekian banyaknya contoh-contoh dari perilaku menyimpang di kehidupan sekitar. Kita sebagai manusia yang memiliki akal harus bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak. Perlu pembekalan mental yang kuat bagi individu terutama para remaja agar tidak terjerumus dalam penyimpangan tersebut. Dengan mental yg kuat individu tidak akan mudah terjerumus dalam penyimpangan tersebut
 

bLoG 'na AyaX Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review